BAMBU GILA

Bara Masuwen, begitulah nama bambu gila itu. Juga nama pertunjukkan rakyat, khas Maluku Utara, kali itu dipertontonkan dipantai Liang. Merupakan bentuk pertunjukan tertua rakyat yang bersifat ritual. Mencerminkan sifat kegotong royongan dan ciri keseharian rakyat di Maluku Utara.

Awal sejarahnya berasal dari hutan bambu terletak di kaki Gunung Berapi Gamalama, Ternate, Maluku Utara. Sejumlah pemuda semula mencari bambu di kawasan ini untuk mengadakan permainan bambu gila.
Sengatan matahari dan tajamnya sisi batu yang menghitam, bukan penghalang langkah mereka. Tetap bersemangat mencari sebatang bambu, yang bisa memberi hiburan bagi rakyat sekampung. Sesampai di rumpun bambu, mereka tak lupa meminta izin dari sang pemilik, agar merelakan sebatang bambunya.

Setelah dipilih, bambu pun ditebas. Dibersihkan dan diperiksa kelayakannya untuk menjadi bahan pertunjukan bambu gila. Penghitungan ruas harus dilakukan dengan cermat.

Sebelum permainan dimulai, doa pun dipanjatkan, memohon izin dari Sang Pencipta. Aroma kemenyan atau pun dupa dibawa asap pada ujung suluh, mulai membuat bambu bergoncang. Tak pelak lagi, para pemegang bambu gila ini, mulai mengerahkan tenaganya mempertahankan posisi, agar tak mudah dikalahkan tujuh ruas bambu.
Kekuatan tarian bambu gila ini bukan main. Kalau tidak dijaga oleh beberapa pembantu pawang para pembawa bambu gila ini bisa dibuat puyeng. Selama hampir tiga puluh menit, enam pembawa bambu gila ini diajak mengitari lapangan seluas 50 meter persegi. Ayunan yang mengikuti irama gamelan, awalnya pelan. Tetapi kemudian menjadi kian keras sehingga membuat mereka yang memegangnya kewalahan mempertahankan posisi pegangannya.
Di akhir pertunjukan bambu yang tadinya dibawa seorang saja kuat, ketika dilepaskan bagai besi berton-ton beratnya, sehingga sang pawang tak kuasa membawanya, sehingga terlihat sempoyongan untuk menahan bambu yang telah diletakkan di tanah. Dan uniknya meski sudah selesai daya ghaib dari bambu itu tidak mau lepas kalau tidak diberi makan api. Oleh karena itu dibuatlah api dari kertas yang dibakar. Dan sang pawang pun melahap api dengan telapak tangannya tanpa dilambari pengaman. Dan sirnalah isi bambu itu dan kemudian sang pawang lemas kelelahan

Komentar